Jumat, 01 Februari 2013
bila manusia hidup tanpa kebudayaan
Apa Jadinya, Jika Hidup Tanpa Budaya
Demikian besar peranan budaya dalam kehidupan. Banyak hal yang mulanya lahir dari budaya. Tata tertib dalam kehidupan, awalnya lahir dari adanya budaya. Estetika berperilaku juga lahir dari budaya, misalnya bagaimana menghormati orang tua atau yang usianya lebih tinggi.
Demikian halnya dengan tata cara makan. Sejak nenek moyang, kita makan sehari tiga kali. Ketentuan itu sudah diatur sesuai budaya masing-masing. Sampai saat ini budaya makan sehari tiga kali masih berlaku dan kemudian lahir pula kesehatan. Dalam ilmu kesehatan juga sudah ditegaskan, paling tidak sehari kita makan dua kali, atau tiga kali.Bahkan, demi kesehatan kita mesti mengisi perut dengan makanan. Jika budaya ini dilanggar, yang terjadi terganggunya kesehatan. Melalui ilmu kesehatan pula, manusia semacam wajib menyantap makanan yang bervitamin. Ini pun lahir karena budaya. Semua manusia di jagat raya ini mengatur diri dengan membiasakan berpakaian.
Lahirnya aneka mode juga harus budaya. Sebab, setiap manusia senang dengan sesuatu yang baru seperti halnya mode busana. Dengan melahirkan aneka macam mode busana, manusia membiasakan diri dengan berpakaian. Pertama sebagai mode dan kedua untuk kesopanan dan ketiga untuk menghangatkan badan. Tidak masuk angin.
“Kami kira, budaya melahirkan aneka perilaku dalam pergaulan hidup. Manusia di muka bumi ini mendapat pengaturan dari agama dan budaya. Apa jadinya, jika kita hidup tanpa budaya. Mungkin saja dunia ini kacau karena tidak ada budaya. Sebab, budaya itu sendiri lahir sejak munculnya apa yang dinamai manusia ke muka bumi”.
Jangankan manusia mahluk hidup lainnya juga hidup dengan budaya. Contoh kecil saja, bagaimana semut beriringan mencari makanan. Jika masing-masing bertemu dengan sesamanya, pasti di antara mereka semacam saling menyapa dengan ngantelkeun (bersentuhan) mulutnya kepada sesamanya.
Mungkin saja jika tidak menggunakan budaya, disadari atau tidak oleh iringan semut itu pasti akan selalu terjadi bentrokan. Iringan melalui jalur yang maneuh tidak akan terjadi. Mungkin saja jalurnya akan sangat kacau. Akhirnya, mereka pun tidak bisa mempertahankan hidupnya (survival).
Karena itu, sangat apresiasi kepada seniman budayawan dengan masing-masing karyanya yang juga bersumber dari agama telah memberi penerangan kepada umat. Melalui para seniman dan budayawan inilah masyarakat menerima aturan main. Karya-karyanya bisa saja menjadi acuan dan tolok ukur dalam peri kehidupannya.
Mengingat peran dan jasa para seniman serta budayawan, Pemerintah Kota Bandung menganugerahkan penghargaan. Melalui peran para seniman dan budayawan inilah masyarakat Kota Bandung meningkatkan upaya-upaya pembangunan dengan mendukung program-program pembangunan yang telah digariskan.
Memadukan IPS Sejarah dengan Mata Pelajaran IPS Lainnya
Pada awal bulan April ini, materi pelajaran IPS Terpadu kelas XI-TKJ sudah masuk pada pembahasan materi IPS Sejarah, yaitu materi Perkembangan Agama Hindu dan Budha di Nusantara. Konsep pembelajaran IPS Terpadu pada satuan pendidikan MTs/SMP yang ‘harus’ memadukan semua mata pelajaran IPS dalam setiap pembelajaran nya di kelas, membuat guru harus jeli materi mana saja yang bisa untuk dipadukan. Sayangnya, konsep memadukan ini belum berkibar kencang di kalangan guru IPS, ketika membuat perangkat pembelajaran, sering kali melupakan konsep memadukannya. Itu pun lebih untung menurut saya, daripada tidak membuat sama sekali. Hehehehe
Cara padu memadu ini, mudah-mudahan sampai ke pengawas sekolah. Untung jika pengawasnya berasal dari mata pelajaran yang sama, kalau tidak jelas padu memadu ini, sama sekali tak terkontrol alias tanpa pengawasan. Apalagi jika di madrasah, Kementerian Agama tak punya seorangpun pengawas yang berasal dari guru umum. Ini sepengetahuan di kabupaten saya saja, entah di tempat lain. Untungnya lagi, jika pengawas bisa belajar dan mencari pengetahuan sendiri. Yang paling tidak untung adalah pengawas datang 2 atau 3 bulan sekali, enak deh.. hehehehe.
Sekarang kita kembali ke materi pelajaran, pembelajaran IPS Sejarah yang salah satu materi pelajarannya memuat konsep ruang dan waktu, maka yang paling mudah dipadu padankan adalah dengan IPS Geografi. Dengan menampilkan peta sederhana, untuk memperjelas materi termasuk yang sudah berhasil memadukan antara IPS Sejarah dengan IPS Geografi. Yang paling enak sih, menampilkannya dengan LCD proyektor plus komputer/laptop. Penggunaan media gambar kadang bermasalah ketika guru harus memperbesar gambar, sehingga bisa dinikmati oleh seisi kelas. Pada materi Penyebaran Agama Hindu Budha di Indonesia, peta penyebaran agama Hindu Budha termasuk yang akan memperjelas materi pembelajaran.
Lalu kita coba padu padankan dengan IPS Ekonomi, setiap kegiatan manusia sekiranya merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Perdagangan yang membawa agama Hindu Budha ke Indonesia, saya kira sudah cukup untuk memadukan IPS Ekonomi dengan IPS lainnya, guru bisa membuatkan peta konsep jenis-jenis perdagangan dan barang-barang yang ramai perdagangkan saat itu.
Jika ingin menambah paduan lagi, bisa dengan menambahkan materi yang bercorak budaya, lebih-lebih dengan budaya lokal/setempat. Proses akulturasi budaya sekarang (Islam) dengan budaya bercorak Hindu/Budha, saya kira akan lebih membuat kelas akan hidup, cerita bagaimana dupa yang sering dipakai orang Islam, kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap keramat seperti keris dll, Jelaskan sedikit dengan pengertian akulturasi, lalu buat tanya jawab dengan peserta didik.Pada poin budaya ini, bisa kita selipkan unsur agama-nya alias imtag (iman dan taqwa). Kita jelaskan secara singkat, kehati-hatian ini untuk menerapkan hal-hal unsur Hindu Budha yang bisa menuju ke-syirikan dan bid’ah, terutama jika mengajar di tempat seperti saya, madrasah.
Langganan:
Postingan (Atom)